Q1 dan Q2: Menurunnya Daya Beli Masyarakat dan Tutupnya Hypermart
Menurunnya Daya Beli Masyarakat
kondisi pasar swalayan yang sepi pengunjung |
Kinerja Industri Pada kuartal 1 dan 2 cukup buruk. Ketua Umum APRINDO Roy Mande mengungkapkan, lebih kurang untuk bulan April hanya tumbuh 4,1%, namun di Mei turun 3,6%. Angka tersebut didapat dari 5 format retailer, yakni minimarket, supermaret, hypermarket, departement store dan wholesale atau kulakan. Sedangkan untuk tahun lalu, bulan Mei 2016 tumbuh 11,1%. Salah satu hal yang diisukan menjadi penyebabnya adalah penuruan daya beli masyarakat. Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan saat ini penjualan ritel mengalami penurunan karena daya beli masyarakat yang melemah.Penjualan ritel pada Juni hanya tumbuh 3-4% secara tahunan. Ia merinci, penjualan supermarket dan hypermarket masing-masing turun 11,5 persen dan 12,2%. Sedangkan minimarket turun 1,3%. Saat Ramadan – Lebaran kemarin, penjualan retail di luar belanja lewat online, hanya naik 5-6% dibandingkan bulan lainnya. Padahal pada momen yang sama tahun lalu, naik hingga 16,3%. Aprindo memperkirakan penjualan ritel sepanjang 2017 hanya akan tumbuh 5-6%, lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun lalu yang mencapai 9,2%.
Bukan Penuruan, Melainkan Pergeseran
industri jasa pengiriman naik pada Q1 dan Q2 |
Akan tetapi
selama mudik Lebaran ini, penumpang yang terbang dari 13 bandara yang dikelola
Angkasa Pura II naik sekitar 11 persen, dan kenaikan 25 persen penumpang di
Bandara Halim Perdanakusuma.
Menurut
Rhenald Kashali hal ini bukanlah penurunan melainkan shifting pola belanja
masyarakat beliau menyoroti data sektor
konvensional tutupnya 7-Eleven, supermarket-supermarket besar yang tengah sulit
menghadapi perbaikan distribusi oleh produsen besar sampai sepinya perdagangan
di Harco Glodok, Mangga Dua, bahkan Pasar Tanah Abang, serta Electronic City
yang dulu ramai.
Namun di
sisi lain, pihaknya juga mengecek data di sektor non konvensional, di mana
perusahaan-perusahaan start up di bidang fintech dan ritel justru mendulang
untung besar atau mengalami kenaikan penjualan. Data-data perputaran uang dalam
bisnis non konvensional, di bidang logistik yang biasa disebut di situs-situs
belanja online, semisal JNE atau JNT yang mencatatkan pengiriman barang sangat
signifikan."Yang mengagetkan saya adalah perubahan pola penyaluran barang
dan sentra pengiriman. Harus diakui shifting (pergeseran) yang tengah terjadi
(konvensional ke non konvensional) sangat berdampak pada semua pemain
lama," Rhenald menerangkan.
Kata
Rhenald, lihat saja komoditi beras dan bahan-bahan pokok yang dibeli para
pedagang dan konsumen di Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi berasal dari toko
online, seperti Tokopedia dan Bukalapak.
"Barang-barang
pangan ini bukan lagi diambil dari sentra-sentra konvensional yang selama ini
kita kenal. Petanya telah berubah. Perbaikan jalan tol, tol laut, pelabuhan,
dan bandara baru telah membuat rezeki beralih dari pedagang besar di Jakarta,
Bandung, dan Surabaya ke berbagai daerah. Dari pengusaha besar ke ekonomi
kerakyatan," terangnya.
Tutupnya Hypermart
konsep foodmart primo |
Dampak dari
penurunan daya beli pada Industri retail ini mengakibatkan salah satu pemain
besar yaitu Hypermart terkena Imbasnya. PT Matahari Putra Prima Tbk menutup dua
gerai Hypermart yang dianggap tak menguntungkan. Perusahaan menganggap
penutupan gerai sebagai proses normal dalam menjalankan bisnis. Gerai yang
tidak memberikan kontribusi positif pada akhirnya dapat berujung pada penutupan
gerai dengan dampak langsung pada pengurangan tenaga kerja sebagai hal yang
tidak dapat dihindari. Sampai saat ini ada dua gerai yang tutup karena berbagai
faktor seperti lokasi yang sudah tidak mendukung. Matahari berfokus pada
prinsip productivity, performance, dan efficiency (PPE) untuk mencapai tingkat
maksimal antara kinerja dan effisiensi. Meski menutup dua gerai Hypermart,
Matahari masih berekspansi membuka gerai-gerai baru multi-format, tidak hanya
Hypermart, namun juga Foodmart, SmartClub & Boston HBC. Hypermart di daerah
Bali akan lebih cocok jika konsepnya diubah menjadi foodmart karena masyarakat
yang lebih suka sistem belanja yang cepat dan bernuansa nyaman. Sedangkan di
Kelapa Gading, dia menjelaskan konsumen lebih menyukai bentuk wholesale.
loading...
No comments:
Post a Comment